Cara pembuatan film pendek
Di mana pun dan dalam situasi apa
pun kita bisa membuat film pendek. Enggak perlu cari cerita yang bombastis. Kejadian
sehari-hari dalam kehidupan kita saja bisa dijadikan sumber film pendek.
Misalnya nih, saat acara ulang tahun, acara ngumpul bareng di rumah atau saat
beramai-ramai liburan ke satu tempat hiburan.
Untuk membuat
film pendek pun tidak perlu biaya mahal-mahal. Paling kita harus membeli kaset
kosong yang harganya sekitar Rp 75.000, lalu untuk biaya riset lapangan kalau
tempatnya jauh dan butuh biaya. Namun, riset ini bisa juga sama sekali enggak
mengeluarkan biaya dan, yang terakhir, adalah biaya untuk editing. Ini mungkin
sedikit mahal, sekitar 1 juta. Harga satu tempat dengan tempat yang lain
bervariasi sih.
Saat membuat
film pendek, yang pertama kali harus kita pikirkan adalah cerita. Kita harus
menentukan fokus cerita dari film kita. Misalnya pas pesta ulang tahun. Maka,
fokus ceritanya adalah pesta ulang tahun. Atau saat pergi ke tempat hiburan, fokus ceritanya ya tempat
hiburan itu, misalnya, Suatu Hari di Dunia Fantasi….
Setelah kita tentukan fokus cerita,
tinggal ikuti langkah-langkah ini!
1. Riset
Awal!
Kita cari tahu
dulu tentang latar belakang yang ingin kita buat film. Kalau serius, riset ini
harusnya sangat detail, tetapi kalau mau sederhana, kita bisa saja browsing
dulu di internet atau bertanya kepada teman atau orang yang sudah mengalaminya.
Kita catat data-data yang kita dapat
tadi.
2. Siapkan
Peralatan
Perlengkapan yang diperlukan adalah
handycam atau kamera video apa pun beserta baterai dan charger. Jangan lupa
bawa juga mikrofon tambahan dan kabel ekstensinya, tripod, dan yang paling
penting, kaset-kaset kosong (bawa cadangan ya).
3. Riset
Lapangan
Waktu sampai di
tempat tujuan, kita harus melakukan riset lebih dalam dari riset awal yang
sudah kita lakukan di rumah. Cocokkan data yang didapat saat riset awal dengan
keadaan di lapangan.
Bagaimana
caranya? Ya jalan, ngobrol, dan nongkrong! Santai dan berusaha akrab dengan
lingkungan yang akan kita filmkan.
4. Buat
Alur Cerita Kasar
Tentukan siapa saja yang mau
diangkat sebagai tokoh dalam film. Biasanya, dari hasil riset di lapangan, kita
bisa mendapatkan sebuah ide yang lebih spesifik dan menarik untuk diangkat dari
ide awal kita di rumah. Misalnya, “Keseharian hidup badut di Dufan”. Kemudian,
buatlah alur cerita kasar dari ide tersebut. Misalnya, tugas-tugas si badut di
Dufan dan tempat-tempat wajib yang harus didatangi si badut.
5. Buatlah
Sinopsis
Cerita singkat
tentang seperti apa film yang kita buat ini. Dari sinopsis kita bisa menentukan
siapa saja yang harus kita wawancara, daftar pertanyaan untuk setiap wawancara,
dan daftar gambar-gambar (footage) yang dibutuhkan di luar wawancara.
6. Syuting
atau Pengambilan Gambar
Dari hasil riset, kita sudah tahu di
mana saja dan kapan saja orang-orang yang ingin kita wawancara berada. Ada
beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk pengambilan gambar. Yang pertama,
datangi dan minta izin mereka untuk melakukan wawancara. Ingat, jangan
sekali-kali merekam wawancara tanpa izin! Tidak etis dan bisa bikin mereka
tidak suka.
Kedua, jangan lupa menggunakan
mikrofon tambahan ketika melakukan wawancara, apalagi kalau kita berada di
tengah keramaian. Ketiga, gunakan daftar pertanyaan yang sudah dibuat
sebelumnya sebagai acuan, tetapi jangan terlalu kaku, kita boleh bertanya
hal-hal lain di luar daftar tersebut.
Keempat, buat suasana wawancara
sesantai mungkin, bertanyalah seperti kita sedang mengobrol biasa. Sebab,
keberadaan kamera video bisa membuat orang gugup, jaim, dan tidak bisa menjawab
jujur.
Kelima, gunakan tripod bila
wawancara berlangsung cukup lama dan tidak dilakukan sambil bergerak. Keenam,
Selesaikan semua wawancara dari daftar orang yang sudah kita buat. Setelah itu
rekam semua gambar yang sudah kita tulis dalam daftar footage kita. Kalau kita
masih punya waktu dan kaset cadangan, kita boleh kok merekam gambar-gambar
tambahan lain yang mungkin nanti bisa berguna saat tahap editing.
Ketujuh,
setelah semua selesai direkam. Periksa lagi semua daftar yang kita punya. Baca
lagi sinopsis awal kita. Apa
semua sudah cukup. Jangan sampai ada yang terlupa.
7. Buat
Alur Cerita Final
Sesuaikan hasil
catatan dengan hasil wawancara yang sudah kita buat. Masih sesuaikah? Harus
diubahkah? Ke arah mana harus dikembangkan?
Hal ini sangat
mungkin terjadi karena hasil wawancara bisa banget menghasilkan data-data yang
lebih banyak dan mungkin berbeda dari apa yang sudah kita siapkan sebelumnya.
Enggak masalah kok. Perbaiki dan buat sinopsis baru yang bisa disusun dari
hasil rekaman yang sudah kita tonton berulang kali.
Setelah
selesai, barulah sinopsis final ini bisa jadi panduan untuk mulai mengedit.
8.
Mengedit Film
Mulai capture hasil rekaman yang
sudah kita pilih sebelumnya ke dalam komputer menggunakan program editing yang
biasa kita pakai. Setelah itu susun film kita berdasarkan sinopsis final yang
sudah kita buat sebelumnya.
Masukkan footage-footage yang kita
sudah rekam. Buat alur semenarik mungkin, jangan terlalu banyak wawancara yang
bisa membosankan. Idealnya, panjang film 8-12 menit.
9. Musik
Latar atau “Soundtrack”
Tambahkan musik
latar yang sesuai, jangan pakai musik orang sembarangan ya! Sebisa mungkin buat
musik sendiri atau minta teman yang pandai membuat musik untuk membuatkan musik
untuk film ini.
10. Terakhir,
koreksi warna atau “color correction”
Masukkan opening title (pilih judul
yang catchy dan bisa menggambarkan keseluruhan film), tambahkan credit title,
mixing suara, wrap! Jadikan DVD biar bisa ditonton beramai-ramai.
enulis skenario film memang sangat menyenangkan. Di sana kita bisa
menerjemahkan setiap kalimat dalam naskah menjadi sebuah gambaran imajinasi
visual. Skenario adalah sebuah naskah cerita yang menguraikan urut-urutan
adegan, tempat, keadaan, dan dialog, yang disusun dalam konteks struktur
dramatik; fungsinya adalah untuk digunakan sebagai petunjuk kerja dalam
pembuatan film. Tentu saja, bagi yang tertarik menulis skrip/ skenario, harus
paham dulu bagaimana cara menuliskannya. Nah, dalam proses dunia penulisan
skenario, terdapat banyak istilah-istilah penting; di bawah ini adalah daftar
istilah dalam skenario yang saya ambil dari buku Kunci Sukses Menulis Skenario – Elizabeth
Lutters :
ACTION = Selain diartikan sebagai perintah sutradara saat pengambilan
gambar, ACTION juga bisa diartikan sebagai gerak laku pemeran, yang terjadi
dalam suatu adegan. Selain itu, kata ACTION juga bisa dipakai untuk menentukan
jenis sebuah film, yang diartikan sebagai film laga.
BIG CLOSE UP (BCU) = pengambilan gambar pada jarak sangat dekat. Misalnya, dalam
gambar orang hanya terlihat bibirnya saja. Contoh pemakaian dalam skenario,
untuk menunjukkan sebuah cincin di jari manis tokoh, kita bisa pakai BCU untuk
cincin. Namun jika ini sudah diperjelas dalam deskripsi, tidak perlu ditulis
BCU lagi, sebab ini adalah tugas sutradara.
CLOSE UP (CU) = Pengambilan gambar pada jarak dekat. Dalam gambar orang terlihat
wajahnya saja. Untuk pemakaian dalam skenario, CU bisa untuk menegaskan
ekspresi tokoh. Namun, penggunaan CU sebisa mungkin untuk hal-hal yang sangat penting
saja, misalnya menegaskan sebuah lirikan mata dan senyum sinis A pada B. Jika
tidak terlalu penting, jangan gunakan tanda CU ini karena masalah shot adalah
wilayah sutradara.
COMMERCIAL BREAK = Jeda dalam tayangan sinetron yang diisi iklan. Biasanya penulis
skenario juga harus memperhitungkan saat jeda ini, dengan memberikan suspense
pada cerita–sebelum commercial break–agar penonton tetap menunggu kelanjutan
cerita kita, tanpa berpindah ke channel lain.
CREDIT TITLE = Penayangan nama tim kreatif dan para ahli, serta semua orang yang
terlibat dalam pembuatan sinetron/ film tersebut.
CUT BACK TO = Transisi dengan tempo cepat, tapi kembali ke adegan/ lokasi yang
telah dilihat sebelumnya. Contoh penggunaannya dalam skenario, misalnya seorang
anak menangis karena terpisah dari ibunya di mal, CUT TO: Ibu sedang mencari
anaknya dengan gelisah di sudut yang lain, maka ketika akan kembali ke gambar
anak yang menangis tadi, yang saat ini mungkin sudah dibantu satpam,
transisinya kita pakai CUT BACK TO.
CUT TO = Transisi/ peralihan dengan tempo yang cepat, misalnya untuk
menggambarkan kejadian yang terjadi bersamaan tapi pada tempat yang berbeda.
Atau juga kelanjutan adegan, tapi masih pada hari yang sama.
DISSOLVE TO = Transisi yang menunjukkan gambar menjadi kabur, kemudian masuk ke
gambar adegan berikutnya. Dalam skenario, ini biasanya dipakai untuk
menggambarkan sebuah mimpi, mengenang masa lalu, atau flash back, membayangkan
sesutau yang akan terjadi.
DIALOG = Kalimat yang diciptakan oleh penulis skenario, yang nantinya
diucapkan oleh seorang aktor. DIALOG harus mewakili peran, karakter, dan
perasaan si tokoh dalam cerita.
DURASI = waktu tayang di televise sudah termasuk commercial break. Durasi
yang umum: 30 menit, biasanya untuk sinetron serial komedi. Durasi 60 menit,
biasanya untuk sinetron serial drama, durasi ni paling umum kita lihat di
televise. Durasi 90 menit, biasanya untuk sinetron cerita lepas, semacam
telesinema dan FTV.
ESTABLISHING SHOT = Biasa disingkat ESTABLISH saja, artinya pengambilan gambar secara
penuh, terlihat secara keseluruhan. Biasanya pengambilan dari jarak jauh
sehingga gambar terlihat kecil. Contoh, jika kita ingin memasuki setting sebuah
kamar dalam rumah sakit, biasanya kita beri dulu ESTABLISH gedung rumah sakit
secara keseluruhan. Namun, jika tempat itu sudah diperlihatkan secara
keseluruhan, tidak perlu ada ESTABLISH berulang kali.
EXT. Singkatan dari EXTERIOR, biasanya dalam scenario ditulis pada
deretan judul scene, untuk menunjukkan keterangan tempat di luar ruangan.
Tulisan EXT. dan INT. bisa digabung menjadi misalnya: EXT./INT. yang
menunjukkan adegan di jalanan/ dalam mobil. Bisa juga gabungan itu dipakai jika
menunjukkan adegan pada teras sebuah rumah.
FADE OUT = Transisi gambar dari terang ke gelap dengan cara lambat.
FADE IN: Transisi gambar dari gelap ke terang dengan cara lambat. Dalam
scenario, penulisan FADE OUT dan FADE IN biasanya bersamaan untuk transisi yang
menujukkan perubahan waktu, bisa dari malam ke pagi, atau dalam hitungan hari,
minggu, bulan, bahkan tahun. Selain menujukkan perubahan waktu, bisa juga
menggambarkan perubahan keadaan dan perubahan lokasi.
FLASH BACK = Bisa diartikan sebagai kilas balik. Cerita yang kembali pada waktu
sebelum kejadian berlangsung. FLASH BACK bisa menunjukkan kemunduran waktu
beberapa tahun ke belakang, bisa juga hanya dalam waktu beberapa saat
sebelumnya.
FREEZE = Menghentikan aksi atau bertahan pada posisi akhir adegan. Dalam
penulisan scenario biasanya digunakan untuk akhir sebuah episode, di mana
gambar berhenti mengakhiri sebuah cerita.Akhir cerita ini pada sinetron
serial biasanya diambil gambar yang paling menegangkan sehingga akan terjadi
suspense bagi penonton. FREEZE umumnya untuk gambar tokoh sentralnya.
INSERT: Sisispan adegan pendek dan singkat tapi penting, di dalam sebuah
scene. Misalnya, pada adegan beberapa orang ngobrol di dalam ruang tamu,
tiba-tiba di luar ada orang yang mengintip dan menguping pembicaraan mereka.
Meskipun setting berubah, kita tak perlu membuat scene baru untuk adegan
mengintip itu, cukup dengan INSERT saja.
INTERCUT = Perpindahan dengan cepat, dari satu adegan ke adegan lain yang
berada dalam satu kesatuan cerita. Misalnya adegan telepon, dua setting yang
bergantian ditampilkan, maka kita bisa menggunakan INTERCUT untuk pergantian
cepat setiap dialog si penelepon dan orang yang ditelepon.
INT. = Singkatan dari INTERIOR, penulisannya dalam scenario sama dengan
EXT., t5api ini untuk menujukkan keterangan tempat di dalam ruangan.
LONG SHOT (LS) = Pengambilan gambar pada jarak jauh. Biasanya untuk gambar yang
harus terlihat keseluruhan. Misalnya gambar orang akan terlihat seluruh badan
berikut latar belakangnya. Namun, jika tak terlalu penting jangan cantumkan LS
dalam scenario karena sama seperti CU dan BCU, ini juga wewenang sutradara.
MAIN TITLE = Judul cerita pada sebuah tayangan sinetron/ film. Dalam penulisan
scenario biasanya ditampilkan atau ditulis setelah adegan teaser. Dan
dilanjutkan dengan penayangan credit titles.
MONTAGE = Beberapa gambar yang menujukkan adegan berkesinambungan dan
mengalir, bisa beberapa lokasi yang berbeda, tapi menyatu dalam rangkaian.
Dalam penulisan scenario, misalna seorang sedang putus cinta, maka ia mulai
mengenang masa indahnya dulu bersama mantan kekasihnya. Dalam hal ini kita
pakai MONTAGE dengan menampilkan beberapa adegan indah anatara si tokoh dan
mantan kekasihnya ketika masih bersama, kita tampilkan mereka sedang berkejaran
di pantai, lalu kita tampilkan juga saat mereka berduaan di taman bunga, lalu
saat mereka saling menukar barang kenangan, dsb.
RATING = Ini kita istilahkan sebagai survey jumlah penonton yang
menyaksikan tayangan di televise, dalam hal ini termasuk tayangan sinetron yang
cerita dan skenarionya kita tulis. Survei ini dilakukan oleh sebuah lembaga
bernama AC NIELSON, yang sudah diakui kredibilitasnya oleh masyarakat
pertelevisian di Indonesia. Setiap minggunya pihak ini akan memebrikan lembaran
hasil surveinya ke semua stasiun televise dan PH, di lembaran itu akan terlihat
urutan tayangan mulai dari yang terbanyak penontonnya, hingga yang paling
sedikit. RATING sampai saat ini masih menjadi tolok ukur tayangan di Indonesia.
RATING tinggi berarti tayangan dianggap laku dan secara bisnis menguntungkan
PH/ Broadcast, sehingga diproduksi terus, sebaliknya bila RATING rendah maka
tayangan akan cepat dihentikan agar tidak merugikan produksi.
SCENE = Kata lain dari adegan, yaitu bagian terkecil dari sebuah cerita.
SCENARIO = Artinya sama dengan scenario, hanya masalah perbedaan bahasa saja,
penulisan menggunakan “K” karena sudah diindonesiakan.
SCREENPLAY = Artinya juga sama dengan Scenario/ Skenario.
SCRIPTWRITER = Orang yang kerjanya membuat/ menulis scenario atau disebut juga
Penulis Skenario.
SEQUENCE = Kata lain dari Babak, yaitu kumpulan dari beberapa adegan.
SLOW MOTION = Gerakan yang terlihat lebih lambat dari biasanya. Hal ini
biasanya digunakan untuk menampilkan adegan yang sangat dramatis. Misalnya,
adegan seorang tokoh ditembak dari belakang. Saat si tokoh jatuh, gerakan bisa
saja dibuat SLOW MOTION agar lebih terkesan dan menyentuh perasaan penontonnya.
SOUND EFFECT = Biasanya dalam penulisan digunakan istilah FX, maksudnya suara
yang dihasilkan di luar suara mausia dan ilustrasi musik. Misalnya, suara
telepon berdering, bel tanda masuk sekolah, suara alat dapur berjatuhan, dsb.
SPLIT SCREEN = Dua adegan berbeda yang muncul pada satu layer. Bisa kita
pisahkan dengan garis vertical atau horizontal. Pada penulisan dalam scenario
bisa kita pakai saat ingin menggambarkan adegan telepon yang menampilkan
ekspresi kedua tokoh secara bersama-sama.
TEASER = Adegan gebrakan, ditampilkan pada pembukaan/ awal cerita, yang
tujuannya memancing penonton untuk menyaksikan kelanjutan cerita di
belakangnya. Teaser bisa berupa sebuah scene/ adegan baru yang diciptakan oleh
penulis scenario, bisa juga cuplikan adegan paling menarik/ konflik utama yang
sudah ada dalam scenario.
VOICE OVER (VO) = Dialog yang terdengar tapi tidak tampak di gambar, misalnya
terdengar orang berbicara dari ruang sebelah. Atau, bisa juga orangnya tampak,
suaranya terdengar, tapi bibirnya tidak bergerak, jadi dia terlihat berbicara
dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar